Masa muda adalah masa ketika kita tidak takut bermimpi. Saat itu, angan-angan tentang masa depan terasa seperti angin segar yang menghembuskan semangat setiap kali kita melangkah. Setiap pagi, kita berjalan dengan keyakinan, mencoba hal-hal baru, berjuang tanpa kenal lelah, dan mengumpulkan bekal untuk hari esok. Oh, betapa indahnya masa muda, karena setiap usaha, setiap cucuran keringat, sepenuhnya kita persembahkan untuk diri kita sendiri. Hari ini, aku tersadar ketika menonton sebuah drama Korea Twenty Five, Twenty One. Ceritanya mengingatkanku pada perjalanan yang pernah kulalui: semangat yang menyala, keberanian mengambil keputusan, dan tekad mencoba hal-hal baru dengan keyakinan bahwa semuanya akan berguna di masa depan. Namun, katanya, impian masa muda itu kerap pudar seiring bertambahnya usia—ditelan rutinitas yang membelenggu dan bayang-bayang rasa tidak percaya diri yang menjadi mimpi buruk setiap malam. Pada akhirnya, bersikap realistis sering dianggap jalan terbaik untuk berdamai dengan segudang harapan yang dulu pernah kita genggam erat. Kini, mimpi-mimpi sederhana orang dewasa lebih sering berbentuk checklist kehidupan: memiliki rumah yang nyaman, kendaraan idaman, dikelilingi buah hati yang lucu, dan sesekali bepergian ke tempat-tempat indah. Namun semua itu hadir bersama beban pekerjaan yang tak ada habisnya dan cicilan yang setia menjadi pengingat setiap bulan. Banyak orang dewasa yang rela menukar seluruh waktunya demi orang-orang tercinta. Tidak ada yang salah dengan itu—semua orang berhak menentukan prioritasnya, bahkan bila harus merelakan sebagian impian masa muda terkubur di jalan. Namun, bukan berarti mimpi harus benar-benar padam. Tak ada salahnya untuk tetap memperjuangkannya, sekecil apa pun itu. Semangat masa muda sejatinya bisa kembali berkobar kapan saja, tak peduli berapa usia kita kini. Walau lelah, walau hari-hari terasa berat oleh rutinitas, percayalah: setiap orang masih memiliki kesempatan untuk melangkah maju dan mewujudkan impiannya. Meski saat ini aku sering merasa letih, seakan mencari hal baru hanyalah pekerjaan melelahkan; meski kadang aku terjebak pada zona nyaman dari kemampuan yang sudah kupunya, hingga ragu melangkah ke ruang baru—aku tetap berharap. Aku ingin kembali menumbuhkan keyakinan, bahwa apa yang kuinginkan masih mungkin tercapai.
Tidak ada kata terlambat untuk percaya pada mimpi. Selama hidup masih berdenyut, takdir masih bisa diperjuangkan. Sebab, mimpi bukan hanya milik masa muda. Ia milik siapa saja yang berani berharap, berjuang, dan tidak menyerah.
CONVERSATION
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)


0 komentar:
Posting Komentar