Awalnya, tentu saja tidak mudah. Membelokkan langkah dari jalan yang banyak ditempuh orang lain—seperti mengambil KPR demi rumah impian, membeli mobil demi gaya hidup, atau rutin healing ke tempat indah bahkan ke luar negeri. Semua itu memang tampak menyenangkan dan sering dijadikan standar keberhasilan. Namun, apakah benar semanis kelihatannya?
Memasuki tahun ketiga pernikahan, aku semakin sadar: kebahagiaan tidak diukur dari luasnya rumah atau melimpahnya harta, melainkan dari kehangatan, keberkahan, dan rasa syukur yang kita rajut setiap hari. Alhamdulillah, meski saat ini kami masih menyewa tempat tinggal, kebahagiaan senantiasa hadir. Ritme keuangan pun bisa teratur, tidak terbebani cicilan yang mengikat.
Dari kisah-kisah orang lain yang kesulitan karena pengeluaran lebih besar daripada pemasukan, ditambah mahalnya harga rumah di Jabodetabek, serta nasihat ustaz di kajian-kajian online, aku semakin mantap memilih jalan menabung dan bersabar. Semoga, suatu saat nanti, Allah izinkan kami memiliki rumah sendiri tanpa harus mencicil.
Namun, memilih untuk tidak berutang bukan berarti bebas menggunakan rezeki sesuka hati. Justru sebaliknya—rezeki itu tetap harus dikelola dengan bijak, agar bisa menumbuhkan tabungan, aset, dan harapan yang lebih baik di masa depan.
Semoga jalan yang kami tempuh ini adalah jalan terbaik, yang penuh keberkahan dari-Nya. 🌿

0 komentar:
Posting Komentar