image1 image2 image3

HELLO WORLD I'IAM ULFAH CHOIRUN NISSA|WELCOME TO MY PERSONAL BLOG|I LOVE TO DO CREATIVE THINGS|I'M PROFESSIONAL WEB DEVELOPER

Hidupku Berwarna, Meski Tak Semua Warna Kulihat






 Halo, ini aku di tahun 2013—seorang remaja dengan semangat membara, yang bermimpi besar untuk melangkah ke perguruan tinggi dan menjadi seorang analis sistem. Namun, langkah itu sempat terhenti oleh sebuah kenyataan: ada tes yang tak mungkin kulalui, sebab kekurangan ini sudah menjadi bagian dari diriku—buta warna parsial.


Aku sempat jatuh. Sering bertanya, mengapa harus aku? Apalagi ketika mendengar banyak kisah serupa dari orang lain yang juga terbentur oleh ujian yang sama. Menjadi buta warna parsial bukan hanya perkara sulit membedakan gradasi, tetapi juga membawa luka yang diam-diam dipendam sejak kecil. Masih kuingat permainan di komputer yang menampilkan angka tersembunyi dalam pola warna—semua orang bisa menebaknya dengan mudah, kecuali aku. Bahkan dalam hal sederhana, seperti memilih palet warna, sering kali aku salah ambil, dan itu membuatku merasa berbeda.

Awalnya kukira semua ini hanyalah efek dari mataku yang minus. Namun seiring waktu, aku menyadari bahwa inilah jalanku. Meski harus berbelok dari cita-cita awal masuk perguruan tinggi tertentu, semesta justru membawaku ke pintu lain. Aku memilih SMK jurusan Rekayasa Perangkat Lunak. Ajaibnya, saat tes masuk, guru yang menilainya hanya mengira mataku minus bertambah, lalu memberi rekomendasi untuk tes dokter. Dari sanalah aku melangkah, menapaki awal perjalanan di dunia pemrograman.

Benar, aku pernah patah hati karena gagal masuk IPB akibat persyaratan kesehatan. Namun di balik itu, Allah menyimpan rencana lain. Aku diterima di salah satu universitas negeri di Bandung. Di kota itu, aku menemukan ilmu, mimpi baru, sahabat sejati, pengalaman menjadi editor majalah, hingga bertemu keluarga yang hangat dan teman hidup. Bandung menjadi saksi bagaimana aku bangkit, bertumbuh, dan menemukan arah.

Alhamdulillah, mimpi yang dulu sempat kukira sirna kini terwujud. Aku bekerja di sebuah kementerian sebagai programmer, kemudian berkembang menjadi analis sistem—peran yang dulu hanya bersemayam dalam angan-angan remaja 2013. Kini aku pun masih menyalakan asa untuk melanjutkan studi pascasarjana, sebab perjalanan ini belumlah usai.

Hidup mengajarkanku satu hal: selalu ada jalan, bahkan di balik kekurangan dan kesulitan. Dunia memang penuh warna, meski tidak semua warna bisa kulihat. Namun dengan bersyukur dan berdamai pada diri sendiri, aku belajar bahwa keterbatasan bukan penghalang. Justru darinya lahir kekuatan baru, karena hidup akan selalu menemukan caranya untuk tetap indah.





Share this:

CONVERSATION

0 komentar:

Posting Komentar